Rabu, 20 Januari 2016

皆さんこんいちは、元気ですか
di sore hari yang diguyur hujan begini, lebih enak ngeupdate post baru, ditemani dengan secangkir teh manis hangat dan cemilan. haha...
terjemahan kali ini berjudul 「雪女」atau dibaca "yuki Onna" yang artinya adalah "Wanita salju"
cerita ini diambil dari sebuah legenda yang ada di jepang. ini adalah terjemahan BSu (Bahasa Sumber).
Selamat membaca~  ^^


WANITA SALJU

Di sebuah desa yang terdapat di  Musashi, hiduplah dua orang penebang kayu bernama Mosaku dan Minokichi. Mosaku adalah seorang pria tua dan muridnya, Minokichi seorang pemuda yang berumur 18 tahun.  Setiap hari, mereka berdua pergi ke hutan yang letaknya tidak jauh dari Nisato dan desa mereka. Di tengah perjalanan menuju hutan, mereka menyebrangi sungai yang luas dan lebar. Menyebrangi sungai itu membutuhkan sebuah perahu. Disungai itu terdapat seorang pengayuh perahu. Meskipun di sungai itu terdapat sebuah jembatan. Namun berkali-kali jembatan itu hancur dan dihanyutkan oleh arus deras sungai. Karena ketika sungai banjir, banyak jembatan yang tidak dapat menahan arus kemudian rusak.
Di suatu malam yang sangat dingin, Mosaku dan Minokichi berada dalam perjalanan pulang menuju desa, tetapi mereka terjebak badai salju yang dahsyat. Ketika mereka sampai di tepi sungai, mereka menemukan bahwa si pengayuh perahu yang menyebrangkan mereka telah pulang dan meninggalkan perahunya karena cuaca buruk. Sadar bahwa mereka tidak bisa menyebrangi sungai, mereka memutuskan bermalam di gubuk si pengayuh perahu. Untungnya mereka menemukan tempat untuk menghindari badai salju. Di dalam gubuk tidak ada tempat untuk menyalakan api tungku, tidak ada jendela, hanya ada satu pintu dan dua buah tatami. Mosaku dan Minokichi menutup pintu dengan rapat dan beristirahat dengan berbaring sambil mengenakan jas hujan jerami. Awalnya kondisi sangatlah dingin, namun langsung terbiasa dengan suhu di badai salju ini. Mosaku yang lanjut usia, tak lama terbaring dan langsung tertidur pulas. Sementara, Minokichi yang masih muda termenung mendengar suara angin yang menderu disertai suara arus sungai bertambah deras. Tak lama kemudian, Minokichi pun akhirnya tertidur. Suara deru sungai, suara gubuk yang berderit, terdengar melengking seperti kain kapal yang mengapung di laut. Badai ini merupakan badai salju yang mengerikan. Udara semakin lama semakin bertambah dingin, Minokichi mengigil dengan dilapisi jas hujan jerami. Namun, akhirnya tertidur meski sambil kedingingan.
            Minokichi terbangun ketika dia merasa mukanya seperti kejatuhan salju. Ketika ia sadar pintu terbuka, seluruh ruangan disinari oleh cahaya dari salju dan dia melihat sosok seorang perempuan yang seluruh tubuhnya ditutupi oleh jubah putih. Perempuan itu melayang-layang diatas Mosaku dan dari atas dia meniupinya. keluar asap putih dan berkilau dari mulut perempuan itu. Dengan segera, Minokichi membungkukkan badan untuk berputar balik tetapi tidak dapat bergerak. Minokichi ingin berteriak kencang, tetapi dia menyadari suaranya tidak dapat terucap dari mulutnya.
Perempuan berjubah putih itu kemudian melayang perlahan dan mendekatinya sampai hampir menyentuh wajah Minokichi, yang kemudian saling bertatapan dengan wajahnya yang cantik, tetapi ia merasakan tatapannya yang mengerikan.  Setelah beberapa saat, perempuan itu terus menatap Minokichi, kemudian dia tersenyum dan berbisik “Aku berniat untuk membuatmu sama seperti nasib lelaki itu, tapi sepertinya aku tidak punya cara lain yang lebih menyedihkan, dan juga karena kau masih muda. Kau adalah anak yang lucu, Minokichi, sekarang aku tidak akan menyakitimu. Tetapi, jika malam ini kau menceritakan tentang kejadian malam ini kepada siapapun, walaupun   ke ibumu sekalipun, kau harus tahu bahwa saat itu juga aku akan membunuhmu. Jangan lupa akan kata-kataku ini.”
Setelah dia berpesan, perempuan itu berpaling darinya dan pergi keluar dari pintu gubuk. Minokichi yang sudah tersadar dan bisa bergerak, mulai bangkit dan berjalan keluar untuk melihat sekitar. Dia ingin mencari sosok perempuan tadi, tetapi datang salju yang bertiup kencang ke arah gubuk itu. Minokichi segera menutup pintunya dan mengambil kayu bakar yang besar untuk membantu menahan pintu gubuk itu. Setelah itu, ia membuka pintunya untuk mengecek bahwa badai sajunya sudah hilang, ia bertanya-tanya apakah semua itu kenyataan atau hanya sebuah mimpi.  Lalu ia ingin kabur keluar dari pintu itu, tetapi seketika ia melihat cahaya dari salju yang menyilaukan dan ia takut perempuan itu masih ada, kemudian ia kembali ke dalam gubuk. Lalu dia memanggil Mosaku, dan ia teringat kejadian mengerikan tadi. Lalu ia mengenggam  tangan Mosaku yang sudah menggelap dan menyentuh mukanya yang sudah menjadi dingin seperti es. Mosaku yang sudah terbujur kaku akhirnya meninggal.
Saat fajar datang dan  badai pun telah berlalu, tak lama setelah matahari muncul sang pemilik gubuk yang merupakan seorang penambang kembali, dia menemukan Minokichi pingsan tak jauh dari Mosaku yang telah membeku. Minokichi pun diberikan pertolongan secepatnya. Kemudian Minokichi pun tersadar, tetapi  ia ternyata sakit karena dinginnya malam itu. Ia juga ia merasa ketakutan atas kematian Mosaku, namun ia tidak mengatakan apapun tentang wanita seputih kain yang dilihatnya. Setelah Minokichi sembuh ia pun kembali ke pekerjaannya. Setiap pagi ,ia pergi sendirian masuk ke hutan dan kembali dengan membawa seikat besar kayu bakar untuk dijual dan dibantu oleh ibunya.
            Suatu malam, pada musim dingin tahun berikutnya, saat sedang dalam perjalanan pulang, ia bertemu dengan seorang gadis yang kebetulan sedang melewati jalan yang sama. Gadis itu tinggi, ramping dan memiliki pesona yang aneh dan saat ia menyapa balik Minokichi. Suaranya terdengar bagai nyanyian burung-burung. Lalu ia berjalan bersampingan dan mereka mulai mengobrol. Gadis itu mengatakan bahwa namanya adalah Oyuki. Oyuki bercerita bahwa ia telah kehilangan kedua orang tuanya saat ia dalam perjalanan ke Edo. Dan dalam perjalanan Oyuki yang sekarang ini, ia beralasan bahwa disana, di Edo, ia memiliki seorang kerabat yang mungkin bisa membantunya untuk menjadikannya seorang pelayan. Minokichi segera merasa terpesona oleh gadis ini . Semakin ia memandangnya gadis ini tampak semakin cantik. Dia bertanya apakah Oyuki memiliki kekasih dan gadis itu tertawa dan menjawab bahwa ia masih sendiri. Kemudian, gadis itu bertanya apakah Minokichi  sudah memiliki kekasih ataupun menikah. Minokichi menjawab, bahwa ia hanya tinggal berdua dengan ibunya yang sudah menjanda. Untuk memiliki seorang istri pun belum dipertimbangkan, karena Minokichi masih sangat muda. Setelah pembicaraan tersebut, merekapun berjalan tanpa berbicara untuk waktu yang lama. Tapi, ada pepatah yang mengatakan, Ki ga Areba, saya mo kuchi hodo ni mono wo iu: "Disaat ada keinginan, mata bisa mengatakan sebanyak mulut."
Sesampainya di desa, dengan perasaan yang saling berbahagia. Minokichi mengajak Oyuki untuk pulang ke rumahnya dan menawarkan Oyuki untuk beristirahat di rumah Minokichi. Dengan malu-malu akhirnya Oyuki mau dan sesampainya mereka kebetulan Ibu Minokichi sedang menyiapkan makanan hangat. Dengan sangat sopan dan meyakinkan, Oyuki bercerita mengenai perjalanannya menuju Edo. Singkat cerita, cerita mengenai kesedihan Oyuki perjalanan menuju Edo-pun terlupakan dan akhirnya Minokichi melamar Oyuki untuk menikah. Tanpa Ragu, Oyuki setuju terhadap pernikahan
Lima tahun kemudian, Ibu Minokichi meninggal. Sebelum Ibu Minokichi pergi, Ibu memuji kisah percintaan mereka. Mereka memiliki 10 orang anak laki-laki maupun perempuan. Semua anaknya cantik dan putih. Warga desa merasa aneh terhadap Oyuki, walaupun ia telah melahirkan sepuluh orang anak, ia terlihat lebih muda dibandingkan dari pertama kali ia datang ke desa.
Pada malam hari saat anak-anak mereka tertidur, Oyuki memegang lentera dengan memandang kedepan, disisinya Minokichi berkata.
“Jika kamu menghadap seperti demikian, aku teringat akan seseorang yang kulihat pada kejadian aneh ketika aku berumur 18 tahun dulu, cantik dan mirip sepertimu”
“Wah! Iya! Sangat mirip dirimu!” Timpal Minokichi mempertegas perkataanya tadi.
Oyuki mengalihkan pandangannya dari perkataan Minokichi dan kemudian kembali bertanya "Ceritakan kepadaku tentang wanita itu, Dimana kamu bertemu dengan wanita itu?"
Lalu Minokichi menceritakan kejadian ia didalam gubuk pada malam hari yang menakutkan itu, wanita yg memakai baju putih dihadapannya, dengan tersenyum, lalu berbisik mengenai ia selamat dari kematian dan Mosaku yang sudah mati membeku.
"Meski saat itu aku sedang terjaga ataupun tertidur, tidak ada sosok cantik yang lainnya. Tentu saja bagi orang lain ia sosok asing, yang menakutkan, sangatlah menakutkan, tetapi makhluk putih apa itu? aku benar-benar tidak percaya,  apakah itu mimpi? Apakah dia wanita salju? "
Oyuki menjatuhkan lenteranya, dihadapan Minokichi yang duduk, berdiri dan berseru tepat didepan hadapan Minokichi.
"Itu adalah aku. A-K-U. Manusia salju. sudah ku katakan dulu untuk tidak bercerita kepada siapapun. Bila nanti kamu menceritakannya kembali, aku akan membunuhmu. Kalau saja anak-anak tidak sedang tidur sekarang, aku pasti sudah membunuhmu tanpa ragu! Mulai sekarang, jaga baik-baik anak-anak ini. Jika kamu tidak senang akan hal ini, aku yang akan memberikanmu balasan"

Pada saat itu juga, Oyuki berseru dan suara itu menjadi samar terbawa suara angin yang menderu. Lalu bersatu dengan kabut putih yang berkilau dan melayang di atas langit-langit,  terguncang dan hilang pergi keluar melalui lubang asap, dan tidak pernah muncul lagi.

Kamis, 14 Januari 2016

Momotaro Yang Berasal dari Bintang

Alkisah dipinggiran kota hiduplah sepasang kakek-nenek yang kaya raya di Apartemen. Suatu malam, sang kakek pergi ke Beer Garden untuk membeli sake, bir serta wine yang paling mahal untuk dinikmati bersama nenek dalam perayaan hari jadi mereka, Sedangkan nenek mencuci gelas-gelas di tepi kolam renang yang hendak digunakan bersama kakek. Saat nenek mencuci gelas-gelas tersebut, tiba-tiba nenek terkejut karena cahaya silau yang asing muncul dari atas langit menuju tepat di hadapannya. Kemudian, Ia melihat buah persik raksasa yang turun dari sinar lampu tersebut dan jatuh tepat di tengah kolam sehingga air dikolam menyembur keluar. Setelah itu sinar terang pun lenyap. Buah persik raksasa yang tidak pernah nenek lihat sebelumnya. Si nenek pun terkejut. “ Ya Ampun! Hari ini bukan hari ulang tahunku! ” kata sang nenek.

Nenek yang ketakutan langsung menghubungi kakek via LINE. Buah persik yang menghantam keras kolam renang tersebut membuat kolam renang kering dan retak seketika. Nenek pun berusaha mendekatinya. Nenek membuka persik itu sambil berkata “ Sepertinya, momo ini manis”. Kemudian kakek datang dan sangat terkejut sehingga menghalangi nenek untuk mendekati buah persik raksasa tersebut “Jangan disentuh, nek!” teriak kakek. Tetapi, tanpa sengaja nenek kaget dan tanpa sengaja menyentuh buah persik tersebut. Cahaya dari buah persik raksasa pun mencuat keluar, tiba-tiba terdengar suara bayi menangis dan  momo tersebut terbelah sendiri. Dari dalamnya keluar anak laki-laki yang lucu. Melihat hal tersebut kakek dan nenek serentak langsung kaget kemudian kecewa karena mereka tidak dapat menikmati buah persik raksasa tersebut, namun disamping itu mereka bahagia karena dari dulu tidak memiliki anak.. Mereka pun menamai anak tersebut dengan nama ‘Momotaro’, karena anak tersebut berasal dari dalam buah persik.

Kakek dan nenek memberi Momotaro makanan dan merawatnya dengan hati-hati. Momo taro makan dengan sangat lahap, hingga wine yang kakek beli sebelumnya pun dilahap habis. Tidak lama kemudian Momotaro kini tumbuh besar menjadi sosok anak yang sehat dan kuat. Momotaro anak yang sangat pintar, baru seminggu sudah bisa berhitung. Karena itu, Momotaro menjadi terkenal dan tenaganya makin lama makin kuat. Tanpa disadari tak seorangpun anak-anak di sekitarnya dapat menyaingi kemampuan Momotaro. Pintar, kuat dan berbakat. Karena momotaro adalah anak yang langka, kakek dan nenek sangat bangga merawatnya.

Suatu hari ketika Momotaro berjalan-jalan bersama sang kakek dan nenek mengelilingi pinggiran kota, Momotaro melihat ada komplotan Begal (pria-pria seram dan jahat) yang suka memonopoli uang penduduk sekitar.  Para Begal tersebut bermarkas di Pulau Oniga. Melihat kejadian tersebut Momotaro tidak bisa tinggal diam. Sesampainya mereka di apartemen, Warga setempat meminta Momotaro untuk membasmi kelicikan para Begal dan mengatakan pada sang kakek dan nenek bahwa dirinya ingin pergi ke Pulau Oniga untuk membasmi Begal. Mendengar perkataan Momotaro, tentu saja sang kakek dan nenek melarang karena momotaro belum berumur 20 tahun dan belum melakukan upacara Seijin Shiki (Upacara Kedewasaan).

Namun ternyata momotaro sudah 200 tahun didalam buah persik tersebut. Kakek dan nenek terkejut dan hanya bisa berpasrah mengizinkan momotaro pergi.
Keesokan harinya Momotaro bersiap untuk pergi ke Pulau Oniga.
Momotaro dibekali cimol penghilang kelaparan buatan tangan oleh nenek. Kemudian kakek membuat baju zirah agar kebal pukulan begal. Dengan berat melepas kepergian Momotaro, kakek dan nenek dari dermaga pinggiran kota bersedih melihat sosok momotaro yang perlahan menghilang ditelan kabut malam.
Sesampainya Momotaro di tepi barat pulau Oniga, ia bertemu dengan seekor anjing kampung yang kotor dan dia berbicara “Mas, ada makanan ga? Saya lapar….makanan saya dirampas gerombolan Begal”. Momotaro merasa iba dan membeli cimol ajaibnya. Seketika, anjing kampung itu berubah dan menjadi anjing kota. Si Anjing kota sangat berterima kasih dan ingin menjadi pengikut Momotaro karena ingin melawan komplotan Begal. Ditengah perjalanan, Momotaro bertemu dengan Monyet Jelata, dan monyet itu berkata “Mas, ada makanan ga? Saya…lapar… makanan dan harta saya dirampas oleh para preman pulau ini”. Momotaro merasa iba, kemudian memberikan cimol ajaibnya dan seketika monyet tersebut berubah menjadi Monyet Jelita dan bersedia bergabung dengan Momotaro. Momotaro pun melanjutkan perjalanannya. Ditengah perjalanannya-pun, mereka bertemu dengan Merak Sakit dan mengeluh “Mas, ada makanan ga? Saya…lapar, tidak kuat jalan lagi…ransum milikku diambil para Begal”. Momotaro merasa iba dan memberikan cimol ajaibnya kepada merak sakit itu. Dengan seketika Merak Sakit itu berubah menjadi Merak Sakti dan sangat berterimakasih kepada Momotaro sehingga dia mau bergabung melawan para Begal.

Momotaro akhirnya pergi melanjutkan perjalanan didampingi oleh si anjing, monyet dan merak. Tiba-tiba Momotaro teringat kakek dan nenek di kota. "Aku sudah membuat keputusan, jadi apapun yg terjadi harus tetap kulakukan, itu adalah jalan hidupku sebagai  laki-laki!” gumam Momotaro. Setelah berjalan cukup jauh, mereka akhirnya tiba di pesisir pantai. Lalu si anjing menemukan perahu kosong yang diikat di dekat karang berbentuk aneh. Karena Pulau Oniga sudah terlihat di seberang laut, akhirnya mereka mengambil perahu itu tanpa tahu bahwa ada pemiliknya sedang tidur di balik karang itu. Beberapa hari telah berlalu, mereka terus mendayung kapal sampai akhirnya tiba di pulau oniga.

Momotaro, si anjing dan monyet meninggalkan perahu yang mereka naiki dan membuat api unggun di dekat pantai. Sementara itu, si merak pun terbang ke dalam pulau untuk melakukan pengintaian.
"Mas! Aku menemukan sesuatu! " teriak merak sambil terbang kembali ke tempat momotaro. “Di dalam pulau ini terdapat mansion yang besar sekali. Aku yakin itu pasti tempat persembunyian para begal itu! Lalu aku mendengar suara berisik dari dalamnya. Sepertinya mereka sedang pesta miras disana.” Lanjut si merak.
"Apa!? mereka sedang pesta miras katamu? Kurang ajar! kalau begitu besok kita akan  membuat rencana penyergapan. Sementara itu ayo kita istirahat dulu hari ini." kata Momotaro. Kemudian mereka tidur.
"tapi mas..." kata si merak. "bagaimana kalau kita ketahuan besok? Bukannya lebih baik kita serang sekarang? Mereka juga pasti sedang mabuk." Lanjutnya. “Tidak mungkin ketahuan. Mereka pasti sedang mabuk, jadi kita bisa tenang untuk hari ini” kata si monyet. Kemudian mereka lanjut tidur.

Keesokan paginya, Momotaro, si anjing, monyet dan merak mulai membuat rencana untuk menyerang para begal yang tersebar di sekitar mansion tempat persembunyian mereka. Mereka memulainya dengan mencoba menyusup ke dalam mansion yang dikelilingi pagar besi itu. Dengan kekuatan super Momotaro, pagar itu dengan mudahnya mereka lewati tanpa sepengetahuan para begal. Lalu mereka menjalankan trik-trik mereka untuk menakuti para begal. Para begal itu kaget dan ketakutan. Jumlah mereka sangat banyak tetapi mereka semua penakut. Hal ini sudah diketahui oleh Momotaro dan lainnya berkat informasi dari warga desa yang pernah bertemu dengan para begal. Ketika para begal masih takut dan kebingungan, kemudian Momotaro yang sudah bersiap di tempat persembunyiannya mulai menyerang mereka dari kegelapan. Dengan kekuatan supernya, Momotaro mampu membuat para begal itu pingsan dengan sekali pukul. Ada yang menggunakan senjata tajam dan senapan, namun semua dihindari dengan mudah oleh Momotaro yang memang jago bertarung.

Kemudian datanglah pemimpin begal yang dikenal sebagai raja iblis itu. Kekuatannya dapat menyeimbangi kekuatan momotaro sehingga dia sulit dikalahkan. Di tengah pertarungan hebat itu, akhirnya si raja iblis itu kehilangan stamina yang memberikan Momotaro kesempatan untuk menyerang. Akhirnya jatuhlah si raja iblis tersebut. “Pergilah sebelum aku mengubah pikiranku!” teriak momotaro. Pemimpin para begal itu ketakutan dan melarikan diri dari pulau Oniga itu diikuti oleh anak buahnya.

Kemenangan Momotaro membuat si anjing, monyet dan merak bersorak gembira. Kemudian mereka mengambil barang-barang berharga para begal yang ditinggalkan itu untuk dikembalikan kepada para warga. Mereka akhirnya kembali dengan menggunakan kapal feri si begal yang ditinggalkan di pelabuhan.

Ketika kembali ke kotanya, Momotaro disambut meriah oleh kakek, nenek dan warga kota. Kemudian pemimpin kota itu membuat biografi kehidupan Momotaro sebagai bentuk penghargaan kepadanya. Akhirnya Momotaro hidup bahagia dengan Kakek dan Neneknya. Dan buku biografi Momotaro pun menjadi best seller sampai ke seluruh dunia, dan sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, yang nantinya akan diangkat ke layar lebar.